Jumat, 02 Oktober 2020

Disiplin Protokol Kesehatan, COVID-19 Ambyar




Tahun 2020 terasa sangat lambat sekali bergulir, setiap hari terasa sama saja. Sudah ngga bisa bedain lagi mana hari libur dan hari kerja. Setidaknya inilah yang saya rasakan. Sejak negara korona menyerang, tatanan kehidupan saya mengalami cukup banyak perubahan yang signifikan. Hampir semua pekerjaan, saya lakukan dari rumah karena adanya larangan untuk berkumpul banyak orang. Sebagai seorang freelancer yang terbiasa dengan aktivitas di luar rumah, tiba-tiba harus di rumah saja membuat jiwa petualangan saya meronta.


Di rumah saja bukanlah hal yang "biasa dan mudah" untuk saya. Beban makin terasa saat anak-anak dan suami pun terpaksa sekolah dan bekerja dari rumah . Saya, anak-anak dan suami dipaksa untuk cepat beradaptasi dengan kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Bisa dibilang semua orang terdampak akibat serangan COVID-19 ini. Anak-anak tak lagi bisa bermain dengan leluasa di luar rumah bersama teman-temannya, setiap hari mengerjakan tugas sekolah dengan bimbingan guru yang hanya bisa mereka lihat melalui digital/online. Mereka dipaksa untuk menerima ayah atau ibu mereka sebagai guru ketika melakukan aktivitas belajar secara daring. Dan ini bukanlah hal yang menyenangkan untuk mereka.


Sekarang mari lihat dampak pandemi global ini untuk orangtua. Para orangtua pekerja yang biasanya pergi ke kantor ataupun pabrik, sejak diterapkannya PSBB, mereka terpaksa bekerja dari rumah ataupun bekerja secara rolling. Dua hari di rumah,sehari ke kantor. Ini masih Alhamdulillah dibandingkan dengan mereka yang perusahaannya kolaps dan tidak bisa bertahan akibat pandemi.




Pandemi ini memaksa kita semua, anak-anak maupun orang dewasa untuk dapat beradaptasi dengan kebiasaan baru. Apa sajakah kebiasaan baru yang harus diterapkan sehari-hari akibat adanya pandemi ini? Pemerintah melalui Kemenkes RI telah mengeluarkan himbauan agar seluruh masyarakat menerapkan perilaku 3M untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Perilaku 3M meliputi :

1. Memakai masker yang sesuai dengan standar kesehatan;

2. Menjaga jarak (social distancing) dengan jarak aman minimal satu meter ;

3. Mencuci tangan dengan sabun.

Sekilas tampak mudah dan remeh perilaku 3M ini tapi pada realitasnya ternyata tidak semulus pantat bayi sodara sodara wekekek. Salah satu contohnya adalah penerintah harus melakukan razia masker dulu baru masyarakat pada mau pakai masker. Itupun masih ada saja orang yang abai dan lalai memakai masker.

Kurangnya kesadaran masyarakat luas akan pentingnya menerapkan perilaku 3M menjadi alasan Kemenkes RI melalui Ditpromkes untuk menyelenggarakan seminar online bareng blogger dengan tema "Yuuk Disipilin...COVID-19 Ambyar". 

 

Edukasi Protokol Kesehatan Zaman Now

 



Seminar online bareng blogger ini diselenggarakan oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI (Ditpromkes) pada tanggal 30 September 2020 dengan memanfaatkan aplikasi zoom meeting. Seminar online bareng blogger menghadirkan tiga orang narasumber yaitu Bapak Riskiyana (Direktur Ditpromkes), Ibu Rosemini (psikolog) dan Mbak Wardah Fajri (Founder Komunitas Blogger).


Pak Riskiyana menjelaskan mengenai upaya edukasi protokol kesehatan pada masa pandemi yang dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah menerapkan perilaku 3M sebagai upaya memutus rantai penyebaran Coronavirus. Pak Riski memaparkan terlebih dulu mengenai gejala klinis dan penularan COVID-19. Gejala klinis yang menjadi tanda serangan Coronavirus, diantaranya: demam diatas 37,3°C, batuk, pilek, gangguan pernafasan (sesak nafas), sakit tenggorokan, letih, lesu, hilangnya indera penciuman (tidak dapat mencium bau) dan diare (gejala ini dialami oleh sebagian pasien positif COVID-19).


Penularan Coronavirus ini dapat melalui droplet/tetesan cairan yang berasal dari batuk/bersin orang yang terinfeksi, kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan, melalui airbone. Pak Riski juga memaparkan mengenai hasil survei kepatuhan masyarakat dalam melakukan protokol kesehatan 3M yang dilakukan oleh Balitbangkes Kemenkes RI. 


Hasil survei kepatuhan masyarakat tersebut menunjukkan bahwa:

- Persepsi risiko jaga jarak dan pakai masker masih cukup rendah;

- Lebih dari 50% sulit jaga jarak dengan orang yang dikenal;

- Peningkatan himbauan jaga jarak, hanya 30% yang melakukannya;

- 91% masyarakat percaya tenaga kesehatan mampu menangani virus ini;

- baru sekitar 35-40% masyarakat yang patuh menjaga jarak;

- 68% masyarakat percaya pemerintah mampu menangani pandemi ini;

- 80-85% masyarakat memahami resiko penularan Coronavirus dan 62-75% memahami resiko kematian;

- Belum semua masyarakat melakukan perilaku baru rajin mencuci tangan dengan sabun.


Protokol kesehatan berupa perilaku 3M merupakan perlindungan kesehatan individu yang harus terus diedukasi penerapannya sehingga masyarakat menjadikannya sebagai kebiasaan baru. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan perilaku 3M sebagai kebiasaan baru harus terus ditingkatkan agar rantai penyebaran COVID-19 dapat diputus.


Untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan perilaku kebiasaan baru di era pandemi ini, dimulai dari keluarga. Keluarga merupakan garda terdepan pencegahan COVID-19. Disiplin dalam keluarga, disiplin juga di masyarakat. Pak Riski menegaskan jika sehat dimulai dari diri sendiri lalu diedukasikan dalam keluarga kemudian disosialisasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

 

Disiplin, Semangat Menerapkan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi

 



Serupa dengan yang disampaikan oleh Pak Riskiyana, Bu Mini, panggilan akrab Dr. Rose Mini A.P, M.Psi juga mengatakan bahwa perlu kedisiplinan untuk dapat menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi. Masa pandemi seperti sekarang ini menuntut adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan Kebiasaan baru yaitu perilaku 3M agar rantai penularan virus dapat terputus.


Sama seperti yang diungkapkan oleh Pak Riski, Bu Mini juga mengatakan bahwa belum semua masyarakat memiliki pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menerapkan perilaku 3M. Kurangnya kedisiplinan dalam menerapkan adaptasi kebiasaan baru berupa perilaku 3M disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup kurangnya moral virtue dan kesalahan dalam proses belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi aturan pemerintah yang tidak baku, ngga adanya contoh dan konsekuensi yang tidak ketat bagi yang tidak melakukan atau melanggar.


Moral virtue yang dimaksud adalah empati, hati nurani, kontrol diri, menghargai orang lain, kebaikan (kindness), tenggang rasa (toleransi) dan keadilan (fairness). Agar disiplin protokol kesehatan dapat terbentuk, faktor internal dan eksternal harus dilakukan secara bersama dan berulang sehingga menjadi sebuah pembiasaan. Pemahaman dan kesadaran harus terbentuk sehingga pengaruh faktor eksternal dapat dikurangi. Jika semua hal tersebut dapat dilakukan dan berjalan dengan baik, kedisiplinan dapat terbentuk.


Kesadaran dan disiplin dalam diri harus terlebih dulu ditingkatkan baru kemudian diedukasikan pada lingkup keluarga. Hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan disiplin diri, yaitu:

#perkuat moral virtue

#kenali manfaat 3 M bagi diri sendiri

# permudah perilaku kebiasaan baru

#konsisten menerapkan kebiasaan baru

#mulailah dari diri sendiri baru kemudian keluarga

#jadilah contoh untuk lingkungan


Bu Mini menggarisbawahi bahwa untuk tetap disiplin dalam menerapkan adaptasi kebiasaan baru harus dimulai dari diri sendiri. Jumlah orang yang terinfeksi virus ini terus bertambah secara signifikan setiap harinya dan ini tidak dapat dianggap remeh. Perlu adanya kerjasama dan kesadaran semua pihak, pemerintah dan masyarakat.


Mba Wardah Fajri sebagai Founder BloggerCrony Community mengungkapkan bahwa pada masa pandemi ini, blogger memiliki peranan dalam membantu mengedukasi tentang pentingnya disiplin dalam melakukan kebiasaan baru yaitu perilaku 3M. Blogger dapat membantu mengedukasi masyarakat melalui tulisannya sehingga masyarakat lebih memahami lagi pentingnya menerapkan perilaku kebiasaan baru sebagai langkah memutus rantai penyebaran COVID-19 di tanah air.




Previous Post
Postingan Selanjutnya

Halo Saya Dewi Nuryanti, seorang emak dari dua orang anak, hobi travelling, menulis dan berjejaring soal.

0 komentar: