![]() |
Andaliman,tanaman khas Danau Toba |
Menikah dengan laki-laki keturunan Batak Toba dan sempat menetap di kota Medan selama kurang lebih lima tahun membuat saya akrab dengan budaya dan kuliner setempat. Sedikit meluruskan anggapan banyak orang yang berpikir bahwa orang Medan adalah orang Batak, anggapan tersebut bisa dikatakan keliru. Karena tidak semua orang yang menetap di Medan adalah orang Batak. Banyak diantara mereka yang bersuku Jawa, China, India, Banjar dan Melayu. Bahkan ada kampung Keling loh di Kota Medan. Kampung Keling ini adalah tempat keturunan India yang menetap di Medan.
Di kota Medan sendiri, orang Keling dikenal sebagai pedagang bumbu masak, termasuk menjual rempah-rempah dan andaliman. Andaliman merupakan bumbu asli Toba yang akrab dikalangan masyarakat Medan dan Sumatra Utara pada umumnya. Kuliner khas orang Batak dan Melayu sebenarnya tak terlalu jauh berbeda. Mereka sama sama mengandalkan kekuatan bumbu masak terutama rempah-rempahnya. Salah satunya adalah penggunaan andaliman sebagai bumbu khas kuliner setempat.
Saya yang asli orang Jawa, pada awal tinggal di Medan, sempat mengalami shock culture akibat makanan. Makanan Melayu atau Medan yang kaya rempah dan cenderung pedas, membuat perut dan lidah saya mengalami keterkejutan hingga saya sempat mengalami diare. Makanan Melayu sekilas mirip makanan Minang. Pedas, kaya rempah dan santan. Makanan Batak pun tak kalah kaya rasa.
Keluarga suami hampir sebagian besar menetap di daerah Samosir, Toba dan Lubuk Pakam. Mereka inilah yang disebut dengan "orang Batak". Mertua atau saya biasa memanggilnya Amang dan Inang, mereka lahir dan menetap di Pintuoloan, Porsea, Sumatra Utara. Porsea merupakan daerah yang terletak di Toba Samosir. Porsea memiliki kondisi geografis yang berbukit dan masih di kelilingi oleh hutan. Sejuk dan tidak panas seperti kota Medan.
Inang, ibu mertua, mengajari saya untuk dapat menerima dan menjalankan budaya Batak, tentunya yang sesuai dengan ajaran Islam. Inang mengajari saya untuk menjunjung tinggi adat istiadat Batak termasuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bidang masak memasak. Sebelum menikah, saya ngga kenal apa itu kecombrang, asam sunti, jeruk kunci/jeruk sambal, dan andaliman. Bumbu terakhir inilah yang menjadi andalan Inang dalam memasak.
Sejujurnya, saya perlu waktu yang cukup lama untuk mengkondisikan lidah saya agar dapat menerima rasa masakan Batak buatan Inang yang hampir semuanya menggunakan andaliman. Andaliman atau Zanthoxylum acanthopodium (nama ilmiahnya) diperkaya oleh banyak vitamin dan mineral, seperti vitamin A, zat besi, mangan, kalium, zinc, dan fosfor. Andaliman juga mengandung beberapa antioksidan, seperti pitosterol, terpene, dan karoten.
Rasa andaliman yang "mengagetkan" lidah dan mulut, membuat saya harus beradaptasi cukup lama sebelum benar-benar dapat menerimanya dengan baik wkwkwk. Apalah kata Amang dan Inang serta kerabat yang lain jika tau kalau saya tidak doyan masakan yang dibubuhi andaliman hanya karena rasanya.yang bikin kelu lidah dan membuat rambut berdiri huahahahaha. Saya pun membiasakan lidah saya untuk "berteman" dengan andaliman wkwkwk.
Bagi Inang, andaliman adalah bumbu wajib yang harus ada di dapurnya. Andaliman merupakan bumbu andalan bagi Inang dan diyakini semakin menambah "kaya rasa" masakannya. Andaliman atau yang dikenal juga dengan sebutan "merica Batak", biasanya diolah bersama ikan mas, ayam ataupun dijadikan sambal. Teristimewa untuk Inang, andaliman bukan hanya untuk masak arsik atau gulai ayam saja tapi juga digunakan sebagai rempah dalam berbagai masakannya. Seperti sop iga, gulai ikan ataupun sambalan teri. Semuanya dibubuhi andaliman.
Sejujurnya saya ngga menyangka kalau andaliman ini ternyata sudah menjejakkan kakinya ke dunia internasional melalui tangan seorang penerima Kalpataru, Pak Marandus Sirait. Saya takjub sekaligus salut saat mengetahui kiprah Pak Marandus dan kebun andalimannya. Kisah Pak Marandus dan andalimannya saya peroleh ketika saya menghadiri acara Rempah Andaliman yang diadakan di Almond Zucchini, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Acara ini diselenggarakan atas prakarsa Yayasan Doctor Sjahrir.
Latar belakang dihelatnya acara Rempah Andaliman adalah adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Upaya pemerintah beserta tantangannya untuk mengembangkan dan memperkenalkan andaliman beserta produk-produknya ke khalayak ramai, terutama ke masyarakat yang berada di luar Sumatra Utara inilah yang ingin digali lebih dalam lagi melalui Bincang Blogger Rempah Andaliman.
Diskusi dan Bincang Blogger Rempah Andaliman
Acara ini menghadirkan beberapa narasumber yang terkait dengan tema diskusi. Narasumber yang hadir, yaitu:
Dr.Amanda Katili Niode (Yayasan Omar Niode);
Dr. Wan Hidayati, Msi (Kepala Dinas Pariwisata & Kebudayaan Sumut);
Bpk. Marandus Sirait (Pemilik dan pendiri Taman Eden 100, penerima penghargaan Kalpataru);
Ir.Murni Titi Resdiana, MBA (Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Iklim), dan dipandu oleh Pak Amril Taufik Gobel sebagai moderator acara.
Saat ini, pemerintah Indonesia sedang menggalakkan pembangunan sektor pariwisata dan mengembangkan 10 destinasi wisata baru, salah satunya adalah wisata Danau Toba. Wisata Danau Toba merupakan salah satu dari 10 target destinasi wisata tersebut. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah telah membuka bandara Silangit.
Bandara Silangit ini, dekat sekali lokasinya dengan kawasan Danau Toba. Beroperasinya bandara Silangit mampu mendongkrak jumlah wisatawan untuk mengunjungi kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Dibukanya Bandara Silangit juga memberikan angin segar bagi masyarakat sekitar Danau Toba yang selama beberapa tahun belakangan ini terkena dampak akibat erupsi Gunung Sinabung yang letaknya tak jauh dari Danau Toba tersebut.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menegaskan pentingnya pengembangan dan pertumbuhan ekonomi desa. Salah satu program yang dicanangkan adalah Produk Unggulan Desa dan Kawasan Perdesaan. Setiap desa diarahkan untuk mampu menghasilkan satu atau beberapa produk unggulan yang dapat memberikan dampak positif untuk masyarakat. Termasuk produk unggulan masyarakat yang berada disekitar kawasan wisata Danau Toba terutama kawasan Geopark Kaldera Danau Toba.
Pengembangan produk unggulan ini diharapkan akan mengundang investor untuk menanam modalnya dan masuk desa serta dapat mengatasi kemiskinan dan meningkatkan perekonomian masyarakat di desa. Hal ini berlaku pula untuk masyarakat yang berada di kawasan Danau Toba. Masyarakat Toba mengenal tanaman budidaya setempat yaitu Andaliman. Andaliman merupakan tanaman asli masyarakat Toba dan hanya tumbuh di hutan-hutan yang ada di pegunungan sekitar daerah Toba.
Andaliman dikenal pula sebagai Szechuan Pepper dengan nama latin Zanthoxilum acanthopodium. Andaliman dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 1.000 m sd 1.800 m dpl dan merupakan tanaman perdu, dengan batang, ranting dan daun penuh duri. Sekali lagi, saya tekankan dan ini diperkuat oleh pernyataan Pak Marandus, andaliman hanya dapat dibudidayakan di kawasan Danau Toba dan tidak bisa dibudidayakan di daerah lain.
Seperti yang sudah saya ungkapkan dan dipertegas oleh penjelasan yang diberikan oleh Pak Marandus sebagai pemilik lahan andaliman puluhan hektar, andaliman merupakan rempah utama di dalam makanan Batak. Andaliman memiliki bentuk bulat kecil bergerombol selayaknya buah pala. Andaliman mempunyai citarasa yang khas yang menjadikan makanan Batak memiliki keunikan tersendiri.
Andaliman meninggalkan jejak rasa getir, kelu atau kebal/kebas di lidah. Andaliman bukan hanya memiliki rasa unik tapi juga memiliki kandungan vitamin C dan E alami yang dibutuhkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, andaliman juga mengandung senyawa minyak atsiri dan alkaloid yang berfungsi sebagai anti oksidan dan anti mikroba.
Rasa pedas yang menyerupai Szechuan pepper pada andaliman bisa digunakan untuk variasi hidangan yang serupa. Seperti yang dilakukan oleh Inang saya, andaliman tidak hanya dapat diracik sebagai sambal andaliman saja atau hanya untuk membumbui ikan naniura atau arsik saja. Andaliman dapat dipakai sebagai bumbu tabur pada kerupuk ataupun keripik seperti keripik balado, contohnya.
Keripik dengan bumbu andaliman inilah yang sekarang ini dijual sebagai souvenir atau jajanan khas daerah Toba. Beberapa inovasi produk makanan berbasis andaliman pun telah dikembangkan, seperti kacang andaliman, yaitu kacang yang ditaburi bumbu andaliman bubuk. Diproduksi pula permen andaliman yang merupakan campuran gula, susu dan andaliman. Bukan hanya itu saja, sudah dibuat pula keripik bawang andaliman. Produk-produk tersebut dibuat oleh penduduk sekitar Geopark Kaldera Danau Toba dan menjadi potensi untuk dijajakan di pasaran baik skala nasional maupun internasional.
Andaliman juga telah diracik dalam bentuk minuman yaitu bandrek andaliman. Di kawasan Geopark Kaldera Danau Toba telah dikembangkan pula beberapa produk yang dijajakan sebagai oleh oleh khas Danau Toba. Semua oleh oleh khas tersebut diracik dan dibumbui dengan andaliman.
Keberadaan andaliman dalam masakan Batak merupakan aset warisan kuliner yang perlu dilestarikan dan dikembangkan ke kuliner lainnya. Tak dapat dipungkiri, saat ini pengenalan masyarakat Indonesia akan andaliman masih terbatas dan belum popular. Inilah yang saya rasakan sebelum menikah dengan lelaki Batak. Ngga kenal apa itu andaliman.
Kondisi ini menjadi tantangan, mengingat andaliman dapat menjadi produk unggulan desa di kawasan Danau Toba dan dapat menjadi paket kemasan wisata Danau Toba.
Bu Titi mengungkapkan bahwa andaliman erat kaitannya dengan pemberdayaan perempuan serta peningkatan ekonomi lokal Danau Toba. Andaliman memegang peranan cukup penting untuk pembangunan berkelanjutan serta mengurangi emisi karena tanaman perdu ini membantu dalam mengatasi perubahan iklim serta meningkatkan ekonomi desa.
0 komentar: