Saya tak pernah menyangka dapat mengunjungi PLBN Entikong. Terlintas pun tidak. Karena itulah, bagi saya perjalanan ke PLBN Entikong merupakan perjalanan istimewa. Perjalanan yang belum tentu dapat terulang kembali. Dan perjalanan istimewa itu pun dimulai pada tanggal 22 April 2018. Saya dengan ditemani oleh Mbak Mita Aprianti (Kepala Bidang Pelayanan dan Diseminasi Informasi SetKab RI), Said Muhidin (Kepala Bidang Pengelolaan Informasi SetKab RI), Mba Kurniawati (Kepala Sub Bidang Data dan Informasi SetKab RI), Mas Dhany Kurniawan Pamungkas (Kepala Subbidang Penghubung SetKab RI) menuju kota Pontianak terlebih dulu sebelum kemudian melanjutkan perjalanan darat ke Entikong. Pontianak-Entikong dapat ditempuh kurang lebih 5 sampai 6 jam. Saya menginap semalam di Hotel Mercure Pontianak sebelum melanjutkan ke Entikong.
Pontianak membuat saya jatuh cinta dengan kelezatan mietiawnya yang menyambut kedatangan perdana saya ini. Bukan hanya mietiaw yang melenakan, kehadiran kedai pisang khas Pontianak dan kelezatan kopi serta es milo kota Khatulistiwa ini membuat saya ingin kembali datang dan berlama-lama menikmati suasana Pontianak yang tenang dan nyaman.
Esoknya saya mulai perjalanan menuju PLBN Entikong. Saya mendapat cerita dari Pak supir yang mengantar saya menuju Entikong mengenai kondisi jalan beberapa bulan lalu tidaklah seperti saat ini. Jalan menuju Entikong tidak semulus sekarang. Jalannya jelek, banyak lubang dan jika turun hujan maka akan becek dan tergenang akhir. Tapi sekarang, kondisi jalan sudah bagus karena pemerintah fokus melakukan pengembangan dan perbaikan sarana infrastruktur sepanjang Trans Kalimantan. Yup rute Pontianak-Entikong harus melalui jalan trans Kalimantan ini yaitu jalan yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Barat dengan Kuching, Negara Bagian Malaysia dan Brunei Darussalam.
Kendaraan yang melintas di sepanjang jalur Trans Kalimantan, cukup ramai. Sekilas saya sempat melihat Terminal Lintas Negara saat menempuh perjalanan dari Pontianak menuju Entikong. Terminal Lintas Negara ini merupakan tempat sarana transportasi umum menuju negara tertangga yang memiliki perbatasan langsung dengan Indonesia. Masyarakat Pontianak yang akan singgah ke Kuching, Malaysia dapat memanfaatkan bus lintas negara dari Terminal Lintas Negara ini. Harga tiket mulai dari harga dua ratus ribu dengan kondisi bis yang lumayan nyaman. Dan pastinya lebih murah dari ongkos pesawat Pontianak-Kuching.
Dengan kondisi jalan yang bagus, aktivitas masyarakat Pontianak yang bekerja atau sering belanja ke negara tetangga menjadi lebih lancar dan dapat menghemat waktu perjalanan. Meskipun jalanan terasa mulus, tetap saja jalur Pontianak-Entikong-Kuching terasa cukup menguras tenaga. Saya terhibur dengan pemandangan sepanjang Pontianak-Entikong. Tapi sayang banget sih jalan mulus namun masih kurang lampu jalan dan petunjuk arah serta marka jalan masih minim. Alangkah baiknya jika instansi yang terkait dengan pembangunan jalan sepanjang Trans Kalimantan memperhatikan juga kehadiran marka jalan dan garis putih ditengah jalan yang sangat membantu pengemudi dalam mengendarai kendaraannya. Apalagi jalur yang ditempuh bukanlah jalur lurus tanpa tanjakan belokan dan jurang di sisi-sisinya. Minimnya petunjuk jalan dan lampu penerangan membuat jalur Pontianak-Entikong-Kuching menjadi cukup beresiko. Harus orang yang telah terbiasa melalui jalur inilah yang mengendarai kendaraan.
Saya sempat singgah dulu ke Sanggau, Kabupaten yang melingkupi Entikong dan menginap semalam di sana karena di Entikong belum ada penginapan dan saya tiba di Sanggau saat malam telah larut. Sebenarnya saya sudah tak sabar untuk dapat menjejakkan kaki di PLBN Entikong tapi apa daya, saya harus bermalam dulu di Sanggau karena tak mungkin nekat untuk melanjutkan perjalanan. Bagaimanakah kisah saya di PLBN Entikong? Simak ditulisan kedua yaaa.