Belum lama ini, dunia maya dihebohkan oleh curhatan seorang istri untuk pacar suaminya. Sepertinya fenomena seperti ini sedang marak terjadi di negeri tercinta. Pelakor alias perebut laki orang sedang naik daun, Guys! Agak merinding disko sich dengernya. Pelakor! Mak sich tidak mau nambahin hujatan tentang pelakor. Tidak juga tertarik untuk ikut memojokkan pelakor, alasannya simpel sich karena sama-sama perempuan dan Mak pikir tidak akan mungkin terjadi perselingkuhan jika keduanya tidak mau sama mau. Jadi sebenarnya jika dianalisa maka kesalahan ada di kedua belah pihak.
Minggu ini pun lagi-lagi, dunia pergosipan diramaikan dengan berita poligami yang dilakukan oleh seorang penyanyi. Penyanyi yang terkenal alim dan religius. Dan yang bikin tambah heboh adalah curhatan si istri pertama yang merasa dibohongi oleh suaminya yang menikah secara diam-diam. Wah kebayangkan hebohnya dunia pergosipan? Wkwkwk
Dalam kasus Si Penyanyi ini, sejujurnya Mak gemas dengan tindakan yang dilakukannya. Tapi sebagai orang lain yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan rumah tangga Si Penyanyi dan istrinya, enggak berhak juga sich Mak ikut beropini. Mak yakin semua yang terjadi pasti ada alasannya. *
Mak sebenarnya heran juga sich kenapa Si Penyanyi tersebut sampai nekat untuk berpoligami.*
Nah sekarang Mak mau tanya nich ke suami-suami yang ada niatan berpoligami, "Yakin dapat berlaku adil?" "Yakin istrinya ikhlas mengizinkan? Benar-benar ikhlas untuk berbagi dan tanpa sakit hati sedikitpun?" Karena yang Mak tahu nich hanya Allah yang dapat berlaku adil dan sangat jarang wanita yang mampu bersikap ikhlas untuk berbagi suami.
Mak bukannya menentang poligami, sama sekali enggak. Tapi Mak kurang dapat menerima beberapa alasan kenapa poligami terjadi. Apalagi sampai menimbulkan perceraian dan konflik antara Si Pelaku Poligami dan istri pertamanya.
Mak juga tidak mengatakan bahwa poligami itu salah. Tidak. Jika poligami dilakukan untuk melindungi harga diri atau keselamatan wanita kedua atau pun poligami dilakukan atas izin istri pertama, Mak sih enggak akan komen apa pun jika kondisinya seperti itu.
Mak setuju kalau seorang laki-laki kaya menikahi janda miskin yang umurnya 10-15 tahun diatasnya dan si janda tersebut memiliki banyak anak dan berpenampilan kurang menarik dan tidak cantik. Kalau seperti ini, silahkan berpoligami asalkan diijinkan istri pertama. Atau si istri pertama yang mencarikan jodoh untuk suaminya, pastinya ada alasan yang sangat kuat untuk tindakan seperti ini.
Tapi yang marak terjadi adalah suami diam-diam menjalin hubungan terlebih dulu sampai menikah dengan wanita kedua, setelah itu barulah meminta ijin untuk poligami. Hadeuh.
Mak tahu sich kalau sebenarnya Mak atau siapapun tidak berhak untuk menghakimi siapapun pelaku poligami atau si pelakor. Kenapa Mak berkata seperti itu? Karena (lagi-lagi) kita tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi dan alasan kenapa poligami itu sampai terjadi.
Kita tidak tahu dengan pasti apakah alasan sebenarnya sampai seorang wanita tertarik dan jatuh cinta bahkan sampai terlibat perasaan lebih lanjut lagi pada laki-laki yang telah menikah. Bisa jadi khan si wanita ini tidak tahu kondisi dan status sebenarnya si lelaki? Atau bisa saja si laki-laki merasa tidak bahagia dengan kehidupan rumah tangganya namun tidak berani pula untuk bercerai dengan istrinya karena beberapa pertimbangan. Banyak kemungkinan sich.
Mak tahu dalam pernikahan, pasti ada saja godaannya. Bahkan pada pasangan yang terlihat harmonis dan romantis. Godaan tersebut dapat terlewati asalkan rumah tangga atau pernikahan dilandasi oleh niat dan pemikiran yang sejalan. Mak yakin jika pernikahan dilandasi karena untuk meraih ridha Allah, Insya Allah apa pun godaannya pasti akan terlewati tapi jangan menyelipkan niat poligami juga dalam berumah tangga wkwkwk.
Ada lho seorang suami yang berpikir bahwa istrinya harus menerima poligami karena dapat membuatnya masuk surga. Jadi kalau mau masuk surga, istri-istri harus siap merelakan suaminya untuk poligami. Jiaaah.
Membicarakan poligami memang tidak bisa hanya dilihat dari sudut pandang si pelaku poligami saja. Ini masalah kompleks. Melibatkan banyak pihak dengan berbagai alasan. Namun hendaknya, poligami tidak membuat kerugian ataupun ada pihak yang dizalimi. Jangan sampai istri pertama berada pada posisi buah simalakama atau merasa tidak memiliki pilihan selain tetap dibohongi atau mengikhlaskan untuk dipoligami.
Tidak semua istri memiliki keberanian untuk keluar dari lingkaran poligami ini. Banyak istri yang sebenarnya tidak terima karena dipoligami tapi tidak berani menentangnya karena beberapa alasan major seperti nasib anak, merasa tidak mampu membiayai diri sendiri, terlalu mencintai suaminya, menjaga nama baik dan aib keluarga.
Jika sudah seperti ini, istri seperti makan buah simalakama. Sama-sama sangat menyakitkan untuk dijalani. Karena itu, poligami ini sangat berat. Inilah yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan secara matang.
Poligami bukan hanya membawa dampak pada kehidupan personal suami istri saja tapi juga berdampak pada kehidupan keluarga besar dan terutama pada kehidupan anak-anak mereka. Mak pernah dicurhatin oleh teman Mak yang bapaknya beristri tiga. Dan istri-istrinya tersebut tinggal dalam satu rumah utama. Teman Mak merasa tertekan secara psikis dengan status bapaknya tersebut. Merasa malu dengan lingkungan sekitar. Apalagi jika ada yang berkata, "oh kamu, anaknya Pak A yang punya tiga istri itu khan?" serta perkataan-perkataan lainnya yang menyangkut keluarganya.
Teman Mak menjadi pribadi yang introvert dan tidak percaya diri. Pandangannya tentang pernikahan pun menjadi buruk. Alhasil sampai saat ini, diusianya yang menginjak 40 tahun, dia tetap tidak ingin menikah. Alasannya karena tidak ingin bernasib sama seperti ibunya, menjadi istri kedua dan dicemooh sepanjang hidupnya.
Ini baru satu contoh dampak poligami yang dirasakan oleh anak pasangan poligami. Memang tidak selamanya poligami itu disertai dengan konflik tapi bagi anak-anak pasangan poligami, tetap saja mendatangkan beban psikologis yang tidak ringan. Hal semacam ini pula yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan baik-baik oleh siapapun yang ingin berpoligami.
Mak pernah lho nanya pada seorang laki-laki yang memutuskan menikah lagi dengan cinta lamanya secara diam-diam namun tidak tega menceraikan istri pertamanya dengan alasan dia masih mencintai istri pertamanya tersebut. Sekilas, nampak egois sekali laki-laki ini.
Mak pun bertanya, "kenapa menikah lagi kalau masih cinta?". Dia menjawab, diusianya saat ini, dia membutuhkan istri yang bukan hanya cantik dan pintar tapi juga mampu merawat dan mendidik anaknya. Istri pertamanya ini, tidak bekerja tapi hampir setiap hari tidak ada di rumah, urusan rumah tangga dan anaknya diserahkan pada asisten rumah tangganya.
Hampir setiap hari, dia pulang ke rumah dan merasa kesepian. Hampa. Dia sedih melihat anaknya lebih "dekat" dengan asisten rumah tangganya. Kondisi seperti ini terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Hingga suatu saat, takdir mempertemukannya dengan wanita yang pernah dicintainya di masalalu dan telah menjanda. Bersemi kembalilah cinta lama tersebut dan laki-laki ini menemukan sosok istri serta ibu bagi anaknya pada diri wanita tersebut.
Memutuskan untuk menikah lagi, bukanlah perkara yang mudah baginya. Tapi dia berpikir, alangkah lebih menyakitkan dan memalukan lagi jika dia berselingkuh. Dia tidak mau membohongi istrinya terus menerus. Akhirnya dia memutuskan untuk berpoligami. Meskipun belakangan, akhirnya dia bercerai dengan istri pertamanya tersebut.
Pelajaran yang dapat diambil adalah poligami tidak semata-mata terjadi karena kesalahan dari pihak laki-laki atau karena godaan wanita lain saja. Tapi bisa juga karena kesalahan istri yang tidak dapat menjaga dan melayani suaminya dengan baik. Hingga memberikan celah pada wanita lain untuk menjadi bagian dari hidup suaminya.
Disini yang ingin Mak ungkapkan adalah alangkah bijaknya jika kita tidak langsung menghakimi pelaku poligami atau pun wanita yang dilabeli sebagai pelakor karena sesungguhnya kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan Mak juga ingin mengingatkan pada laki-laki diluaran sana, poligami bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Pikirkan dengan seksama sebelum memutuskan untuk menjadi pelaku poligami. Bukan hanya perlu pemikiran sekali atau pun dua kali pikir. Tapi harus ribuan kali.
Menyinggung mengenai "wanita kedua", kita tidak tahu alasan sebenarnya kenapa seorang wanita sampai tega menyakiti hati wanita lain. Jika memang "wanita kedua" ini sengaja ingin merusak rumah tangga orang lain, percaya dech kalau Allah tidak akan pernah tidur. Selalu ada balasan untuk setiap perbuatan yang kita lakukan, entah itu perbuatan baik atau buruk. Tapi bukan wewenang kita untuk menghakimi orang lain.
Sebagai seorang istri sekaligus wanita, Mak pribadi ogah banget dan jangan sampai dech mengalami poligami.
Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga rumah tangga Mak dan kalian semua. Selalu menjaga hati kita karena hati manusia mudah sekali dibolak balik. Hati manusia mudah sekali berubah. Tidak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Karena itu sudah sepantasnya kita selalu mawas diri serta selalu berbenah diri. Merdeka! #